Respon Masyarakat Berlebihan Saat Pemerintah Umumkan Kasus Positif Covid Pertama Achmad Yurianto

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid 19 Achmad Yurianto menilai masyarakat sempat memberikan respon berlebihan saat pemerintah mengumumkan kasus positif Covid 19 pertama di Indonesia pada Maret lalu. Menurut Yurianto, respon berlebihan masyarakat saat itu ditunjukan dengan melakukan aksi memborong barang kebutuhan atau panic buying. "Begitu muncul kasus positif yang diumumkan pemerintah kita pada awal Maret, maka responnya pun berlebihan. Ditandai dengan panic buying dan sebagainya," ujar Yurianto dalam diskusi webinar Sejajar, Selasa (23/6/2020).

Selain masyarakat, menurut Yurianto pemerintah Indonesia dan pemerintah di negara lain juga mengalami kepanikan karena ternyata dampak virus corona tidak hanya mempengaruhi aspek kesehatan, namun juga aspek lain. "Kemudian yang berikutnya, sisi pemerintah sendiri pun juga, otoritas pemerintah di banyak negara juga panik, karena satu ternyata dampaknya bukan hanya pada masalah kesehatan tapi sudah multidimensional. Sampai ke arah ke ekonomi sosial dan sebagainya kita sama sama tahu," ucap Yurianto. Yurianto mengatakan kepanikan yang dihadapi oleh masyarakat terjadi karena informasi dan gambaran gambaran menyeramkan mengenai Covid 19 sebelum masuk ke Indonesia.

"Yang pertama kita lihat pada sisi masyarakat bahwa kepanikan ini sangat mungkin terjadi karena memang berita yang terpublikasi dan menjadi keyakinan masyarakat berita yang simpang siur," ucap Yurianto. Dirinya menyontohkan penggambaran informasi betapa menyeramkannya pandemi Covid 19 yang terjadi di Wuhan, China. Menurut Yurianto, saat itu banyak informasi bahwa di Wuhan seakan menjadi kota mati akibat Covid 19. Banyak penduduk Wuhan yang tiba tiba terjatuh di jalanan dan meninggal. Yurianto mengatakan informasi tersebut tidak benar setelah dirinya mengonfirmasi WNI yang kembali dari Wuhan.

"Maka gambaran Covid 19 adalah identik dengan Wuhan. Menjadi kota mati ditambahkan dengan fragmen fragmen Zombieland. Orang tiba tiba terjatuh di jalanan dan meninggal," ungkap Yurianto. "Semua pemberitaan itu, menurut mereka sebagian besar tidak benar. Betul kotanya berhenti karena lockdown, tetapi kalau kemudian mati meninggal di mana mana mereka mengatakan itu bukan dari Wuhan sepanjang yg mereka tahu," tambah Yurianto. Dirinya juga menyontohkan pemberitaan yang menimbulkan ketakutan yakni soal kasus corona di Ekuador. Mengenai pemerintah setempat yang tidak mampu mengurus jenazah secara benar.

Serta berita tentang petugas pemakamanan di Amerika Serikat yang kewalahan menangani jenazah pasien corona. Menurut Yurianto, hal ini yang membuat aspek komunikasi risiko sangat penting di tengah bencana untuk tidak membuat masyarakat panik. "Kepanikan kepanikan kemudian yang terjadi di kita. Oleh karena itu betul bahwa risk communication menjadi sangat penting dalam kaitan untuk menenangkan diri," pungkas Yurianto.

Leave a Comment