Sebuah laporan mengungkapkan bahwa ada lebih dari 100 orang Amerika yang meninggal setelah menenggak hidroksiklorokuin secara serampangan. Mengutip , dalam jangka waktu 6 bulan ada 239 orang yang meninggal setelah mengonsumsi obat anti malaria ini. Orang orang ini diduga mengonsumsi obat tersebut tanpa resep yang jelas untuk mencegah penyakit Covid 19.
Demikian bunyi laporan Milwaukee Journal Sentinel yang membuat pihak Food and Drug Administration (FDA) terpojok. Sebelumnya di awal tahun 2019, terdapat 75 orang yang tewas karena kasus serupa. Adapun angka ratusan korban meninggal karena hidroksiklorokuin ini masih perkiraan.
Hampir setengah dari para korban ini mengonsumsi hidroksiklorokuin atau klorokuin disebabkan Covid 19. Perhitungan korban obat anti malaria ini muncul di saat mayoritas penelitian klorokuin dihentikan. Hal ini dikarenakan klorokuin dinilai tidak berefek kepada orang yang terinfeksi corona.
Beberapa dari studi itu dihentikan karena berpotensi menyebabkan gangguan pada jantung. Bahkan, studi menunjukkan, tingkat kematian bagi pasien yang diobati dengan klorokuin lebih tinggi daripada dengan obat lainnya. Ketika studi awal menunjukkan bahwa hidroksiklorokuin mungkin memiliki efek anti virus dan meningkatkan peluang pemulihan dan kelangsungan hidup bagi orang yang terinfeksi, Presiden Trump meyakinkan publik bahwa itu aman.
"Apa ruginya?" ujar Trump sambil mendorong publik untuk mengonsumsi hidroksiklorokuin. Obat ini memang disetujui oleh badan pengawas untuk mengobati penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, malaria, dan penyakit autoimun seperti lupus dan rheumatoid arthritis. Meski sudah mengantongi izin peredaran di AS, obat ini dilengkapi dengan peringatan risiko aritmia jantung.
Meskipun bagi beberapa orang gangguan ini tidak terasa, tetapi itu berpotensi menyebabkan disfungsi jantung hingga kematian. Mengenai banyaknya penelitian tentang aritmia yang mengkhawatirkan dan tingkat kematian yang mencurigakan, FDA mengeluarkan peringatan bahwa obat tersebut hanya boleh digunakan untuk mengobati Covid 19 secara eksperimental di bawah pengawasan ketat dokter. Pada Juni lalu, badan pengedaran obat tersebut mencabut izin penggunaan darurat hidroksiklorokuin untuk mengobati virus corona.
Sayangnya, meski izinnya telah dicabut, masih ada kemungkinan oknum yang nekat menggunakannya secara serampangan. Antara Januari dan Juni 2020, ada 6.588 laporan terkait efek samping ke FDA, dan 6.223 di antaranya terbilang serius. Angka ini dua kali lebih banyak dari total kasus efek samping obat pada 2019 silam.
Akhir akhir ini, tiga anggota gugus tugas Trump, yakni Dr Deborah Birx, Dr Anthony Fauci, dan Laksamana Brett Giroir memperingatkan agar tidak menggunakan hidroksiklorokuin untuk mengobati virus corona. Namun, obat itu tetap diperlukan di pasaran. Hidroksiklorokuin berfungsi sebagai pencegahan dan pengobatan yang penting untuk malaria, dan satu satunya obat yang meredakan beberapa pasien lupus.
Worldometers pada Sabtu (8/8/2020) mencatat 5.095.524 kasus infeksi Covid 19 di AS. Amerika Serikat duduk di posisi pertama kasus corona terbanyak di dunia. Di bawahnya ada Brasil, India, Rusia, dan Afrika Selatan yang mengalami lonjakan akhir akhir ini.
Adapun korban jiwa di Negeri Paman Sam mencapai 164.094.